Sabtu, 15 Oktober 2011

** RENUNGAN PRANIKAH **



Ketika seorang muslim baik pria atau wanita akan menikah, biasanya akan timbul perasaan yang bermacam-macam. Ada rasa gundah, resah, risau, bimbang, termasuk juga tidak sabar menunggu datangnya sang pendamping, dll. Bahkan ketika dalam proses ta’aruf sekalipun masih ada juga perasaan keraguan.

Berikut ini sekelumit tulisan mudah-mudahan bisa meredam perasaan negatif dan semoga mendatangkan optimisme dalam mencari teman hidup. Semoga bermanfaat …

Inilah kabar gembira berupa janji Allah bagi orang yang akan menikah.

1. “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”. (QS: An Nuur : 26)

Bila ingin mendapatkan jodoh yang baik, maka perbaikilah diri. Hiduplah sesuai ajaran Islam dan Sunnah Nabi-Nya. Jadilah laki-laki yang sholeh, jadilah wanita yang sholehah. Semoga Allah memberikan hanya yang baik buat kita. Amin.

2. “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (An Nuur: 32)

Sebagian para pemuda ada yang merasa bingung dan bimbang ketika akan menikah. Salah satu sebabnya adalah karena belum punya pekerjaan. Dan anehnya ketika para pemuda telah mempunyai pekerjaan pun tetap ada perasaan bimbang juga. Sebagian mereka tetap ragu dengan besaran rupiah yang mereka dapatkan dari gajinya. Dalam pikiran mereka terbesit, “apa cukup untuk berkeluarga dengan gaji sekian?”.

Ayat tersebut merupakan jawaban buat mereka yang ragu untuk melangkah ke jenjang pernikahan karena alasan ekonomi. Yang perlu ditekankan kepada para pemuda dalam masalah ini adalah kesanggupan untuk memberi nafkah, dan terus bekerja mencari nafkah memenuhi kebutuhan keluarga. Bukan besaran rupiah yang sekarang mereka dapatkan. Nantinya Allah akan menolong mereka yang menikah. Allah Maha Adil, bila tanggung jawab para pemuda bertambah – dengan kewajiban menafkahi istri-istri dan anak-anaknya, maka Allah akan memberikan rejeki yang lebih. Tidakkah kita lihat kenyataan di masyarakat, banyak mereka yang semula miskin tidak punya apa-apa ketika menikah, kemudian Allah memberinya rejeki yang berlimpah dan mencukupkan kebutuhannya?

3. “Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya”. (HR. Ahmad 2: 251, Nasaiy, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits no. 2518, dan Hakim 2: 160) [1]

Bagi siapa saja yang menikah dengan niat menjaga kesucian dirinya, maka berhak mendapatkan pertolongan dari Allah berdasarkan penegasan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini. Dan pertolongan Allah itu pasti datang.

4. “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Ar Ruum : 21)

5. “Dan Tuhanmu berfirman : ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’ ”. (Al Mu’min : 60)

Ini juga janji Allah ‘Azza wa Jalla, bila kita berdoa kepada Allah niscaya akan diperkenankan-Nya. Termasuk di dalamnya ketika kita berdoa memohon diberikan pendamping hidup yang agamanya baik, cantik, penurut, dan seterusnya.

Dalam berdoa perhatikan adab dan sebab terkabulnya doa. Diantaranya adalah ikhlash, bersungguh-sungguh, merendahkan diri, menghadap kiblat, mengangkat kedua tangan, dll. [2]

Perhatikan juga waktu-waktu yang mustajab dalam berdoa. Diantaranya adalah berdoa pada waktu sepertiga malam yang terakhir dimana Allah ‘Azza wa Jalla turun ke langit dunia [3], pada waktu antara adzan dan iqamah, pada waktu turun hujan, dll. [4]

Perhatikan juga penghalang terkabulnya doa. Diantaranya adalah makan dan minum dari yang haram, juga makan, minum dan berpakaian dari usaha yang haram, melakukan apa yang diharamkan Allah, dan lain-lain. [5]

Manfaat lain dari berdoa berarti kita meyakini keberadaan Allah, mengakui bahwa Allah itu tempat meminta, mengakui bahwa Allah Maha Kaya, mengakui bahwa Allah Maha Mendengar, dst.

Sebagian orang ketika jodohnya tidak kunjung datang maka mereka pergi ke dukun-dukun berharap agar jodohnya lancar. Sebagian orang ada juga yang menggunakan guna-guna. Cara-cara seperti ini jelas dilarang oleh Islam. Perhatikan hadits-hadits berikut yang merupakan peringatan keras dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Barang siapa yang mendatangi peramal / dukun, lalu ia menanyakan sesuatu kepadanya, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh malam”. (Hadits shahih riwayat Muslim (7/37) dan Ahmad). [6]

Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Maka janganlah kamu mendatangi dukun-dukun itu.” (Shahih riwayat Muslim juz 7 hal. 35). [7]

Telah bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya jampi-jampi (mantera) dan jimat-jimat dan guna-guna (pelet) itu adalah (hukumnya) syirik.” (Hadits shahih riwayat Abu Dawud (no. 3883), Ibnu Majah (no. 3530), Ahmad dan Hakim). [8]

6. ”Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat”. (QS: Al Baqarah : 153)

Mintalah tolong kepada Allah dengan sabar dan shalat. Tentunya agar datang pertolongan Allah, maka kita juga harus bersabar sesuai dengan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Juga harus shalat sesuai Sunnahnya .

7. “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. (Alam Nasyrah : 5 – 6)

Ini juga janji Allah. Mungkin terasa bagi kita jodoh yang dinanti tidak kunjung datang. Segalanya terasa sulit. Tetapi kita harus tetap berbaik sangka kepada Allah dan yakinlah bahwa sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Allah sendiri yang menegaskan dua kali dalam Surat Alam Nasyrah.

8. “Hai orang-orang yang beriman jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (Muhammad : 7)Agar Allah Tabaraka wa Ta’ala menolong kita, maka kita tolong agama Allah. Baik dengan berinfak di jalan-Nya, membantu penyebaran dakwah Islam dengan penyebaran buletin atau buku-buku Islam, membantu penyelenggaraan pengajian, dll. Dengan itu semoga Allah menolong kita.

9. “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. (Al Hajj : 40)

10. “Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Al Baqarah : 214)

Itulah janji Allah. Dan Allah tidak akan menyalahi janjinya. Kalaupun Allah tidak / belum mengabulkan doa kita, tentu ada hikmah dan kasih sayang Allah yang lebih besar buat kita. Kita harus berbaik sangka kepada Allah. Inilah keyakinan yang harus ada pada setiap muslim.

Jadi, kenapa ragu dengan janji Allah?

^_^SPECIAL SUPPORT TO RAMADHAN TOUR^_^


──────▄▌▐▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▌
 ───▄▄██▌█ ░ L I K E .|̶̿ ̶̿ ̶̿ ̶̿' |͇ ͇ |̶͇̿ ̶͇̿ ͇̿ |̶̿ ̶̿ ̶̿ ̶̿|͇ ͇\̿ ̿ |̶͇̿   & comment
 ▄▄▄▌▐██▌█ ░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░ tiinnnn.......tiinnnn
 ███████▌█▄▄▄▄special for u _ @LL▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▌
 ▀❍▀▀▀▀▀▀▀❍❍▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀❍❍▀▀  yuukk ikut naekkk !!
Selamat menjalankan SHAUM RAMADHAN dengan khusyuk, serta ikhlas hanya karena mencari Ridho Allah semata,,,,, lainnya NO WAY,,..................biar mencapai TAQWA....................aamiin,, selamat pagi @LL
kalo pagi  don't sleep yaa.................tuhh pelajaran kemarin ulangi lagi,, hixhixhix

@QUR'ANnya jangan ditinggalkan untuk di-PAHAMI seluruh maknanya,, mumpung masih diberikan waktu luang !!
@Ana tetap memaafkanmu,,,, tinnn..........tinnn !!!
@Cari berita yang akurat + tinggalkan sinetronmu
@Kerja jangan telat
@Always pazti ke masjid
@Kajian jalan terus
@Berbuat kebajikan apalagi...............pasti donk tiap hari
@Antar takjil yaaa tiap sore
@Full day Ramadhan cari kesibukan yang positif
@Mulut dikunci bukan dari pk.04.30 - 17.45 saja 
@Orang tua tetap kita say hello.................hahahaha
@Doamu selalu ditunggu untuk keluargamu, tetanggamu, dan saudaramu juga u/dirimu sendiri
@Jangan pelit yaa !!
@JAdikan tidurmu yang only 6/7 jam itu sebagai istirahat yang cukup
@heheheh,,,,,,,,,,,,,,kerjaan rumahmu jangan sampe keteteran sayyy
@Bikin jadwal jangan lupa ada perubahan or NO dalam penerbangan RAMADHAN AIR 2011
@Bagi yang sedang berhalangan ^^WOMENs special^^ cari yang mudah untuk loe kerjakan tapi positif yaa
@so.............................jangan lupa rangkum tugasmu N bikin laporan buat bekalmu

thanks sobat,,, kalo ada yang kurang please + in

Minggu, 18 September 2011

♥Sebelum Engkau Halal Bagiku♥







(¯`v´¯).♥Sebelum Engkau Halal Bagiku♥.(¯`v´¯)
`·.¸.·`¸•´♥..♥♥¸•´♥♥♥ (´'`v´'`)(´'`v´'`)`·.¸.·`
..¸.•´♥..♥♥.♥♥..♥`•..•´.(¯
`v´¯​)(¯`v´¯).`•.¸.•´♥..
♥•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♥♥♥♥•*¨*•
.¸¸¸​¸.•*¨*•♥

¸.ღღ Ahlan Wa Sahlan,Marhaban fii zaumina hadza ღღ

Buat Akhina Wa Ukhtina yang ingin TAG or SHARE PICT'a,di persilahkan "BEBAS"

Silahkan Bantu sahabat'' lain ngETaG yaღღ

.:|♥ SEMOGA BERMANFAAT ♥ .:|:.

*ღ,¤Syukron jiddan aidan,¤¤

ღღ ANA UHIBUKKA LADZI AHBABTANI LAHUUღღ


`*•Yaa Rabbi•*´¯)Ajarilah kami bagaimana memberi sebelum meminta,berfikir sebelum bertindak,santun dalam berbicara,tenang ketika gundah,diam ketika emosi melanda,bersabar dalam setiap ujian.Jadikanlah kami orang yg selembut Abu Bakar Ash-Shiddiq,sebijaksana Umar bin Khattab,sedermawan Utsman bin Affan,sepintar Ali bin Abi Thalib,sesederhana Bilal,setegar Khalid bin Walid radliallahu'anhumღAmiin ya Rabbal'alamin.

Buat seorang wanita, harta yg paling berharga di dlm hidup ini adalah seorang suami yg Shaleh, kepadanyalah, seorang istri akan merasakan kebahagian di dalam hidupnya dan di akhirat kelak, keberuntunganlah yg akan di terima seorang istri, jika dia mempercayakan hidupnya, memberikan segala cinta, perhatian, dan kasih sayangnya kepada suami yg shaleh, karena dirinyalah, seorang istri akan mendapatkan apa yg di dambanya, ketenangan, keteduhan, kedamaian, perlindungan dan cinta serta sayang…

1.””Suami yg shaleh adalah seorang yg bisa membahagiakan istri dan anak-anaknya serta keluarganya baik di dunia ataupun di akhirat kelak. Seorang suami yg sholeh tidak akan memberi istri dan anak-anaknya kecuali dengan harta yg halal.

2.””Seorang suami yg shaleh adalah suami yg mampu menjaga amanah yg di berikan kepadanya, dan istri adalah amanah yg diberikan kepada seorang laki-laki yg menjadi suaminya.

3. ””Seorang suami yg shaleh adalah seorangan suami yg mampu memperlakukan istri dan juga kepada anak-anaknya dgn sifat-sifat yg terpuji, seorang suami yg shaleh akan selalu memperlakukan istrinya dgn sabar, sabar dgn setiap kesalahan-kesalahan istrinya dan memperlakukan istrinya dgn kelembutan dan penuh maaf saat istri di penuhi dgn emosi dan kemarahan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. menilai bahwa suami yang terbaik baik adalah yang paling baik pada istrinya.

“Orang Mukmin yang paling sempurna Imannya ialah yang paling baik akhlaqnya, dan sebaik-baik kamu adalah yang paling baik kepada istrimu.” (HR. Tirmidzi no. 2537)

“…dan bergaullah dengan mereka secara baik…” (QS. An-Nisaa [4]:19)

“Sebaik-baik kalian adalah kalian yang terbaik terhadap isterinya. Dan aku adalah yang terbaik diantara kalian terhadap isteriku.” (HR. Ibnu Majah no. 1967).


“Hendaklah kamu (suami) memberi makan istri apabila engkau makan, dan engkau beri pakaian kepadanya bila engkau berpakaian, dan jangan engkau pukul mukanya, dan jangan engkau jelekkan dia, dan jangan engkau jauhi melainkan di dalam rumah.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Nasa’i, dan yang lainnya).

4. ””Suami yg shaleh adalah suami yg mampu menjadi pemimpin di dalam rumah tangganya, seorang suami bagaikan pemerintah di dalam rumah tangganya,seorang suami yg sholeh adalah yg mampu memperhatikan hak dan kepentingan rakyatnya di dlm pemerintahan yg di pimpinnya, dlm hal ini adalah istrinya. Memberi Bimbingan pada Keluarga, suami mempunyai status sebagai pemimpin dalam keluarga, karenanya ia berkewajiban memberi nafkah lahir, batin, dan memberi bimbingan agama kepada istri dan anaknya.

“Dan kewajiban ayah (suami) memberi makan dan pakaian kepada para ibu (isteri) dengan cara yang baik.” (QS. Al-Baqarah [2]: 233)

“Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka.” (QS. Ath-Thalaaq [65]: 6)

“Kaum laki-laki (suami) itu adalah pemimpin bagi kaum wanita (istri), oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (suami) atas sebagian yang lain (istri), dan karena mereka (suami) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An-Nisaa 4: 34)

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thahaa [20]: 132).

“Apabila seorang muslim memberikan nafkah kepada keluarganya dengan mengharap keridloan Allah maka baginya Shedaqah.” (HR. Bukhari no. 4932).


5. ””Seorang suami yg shaleh akan selalu mampu bersikap bijaksana di dalam tindakannya, menghargai pendapat istrinya, dan jika terjadi perbedaan pendapat dgn istrinya dgn sikap terpuji dan penuh cinta kasih menghargai pendapat sang istri serta mencari titik temu bersama dlm kerangka yg diperintahkan oleh Allah Subhana Wa Ta’ala dan menjauhi segala apa yg di larang oleh Allah Subhana Wa Ta’ala.

6. ””Seorang suami yg shaleh akan selalu mampu menjadi teladan terpuji buat istri dan anak-anaknya,mampu menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan yg baik, dan mendidik diri, istri, dan anak-anaknya utk menapaki jalan-jalan yg menuju keridhoan Allah.

7. ””Seorang suami yg shaleh adalah seorang suami yg mampu membuat dirinya, istrinya dan anak-anaknya mencintai ilmu, menguasai ilmu dan mampu mengamalkannya, menjadikan ilmu yg di perolehnya itu bermanfa’at bagi Bangsa, Negara, dan Agamanya.

8. ””Seorang suami yg shaleh adalah suami yg mampu membuat istrinya dan anak-anaknya tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yg luar biasa serta menapaki tangga-tangga sukses di dunia dan di akhirat kelak.

9. ””Seorang suami yg shaleh adalah suami yg mampu membimbing istri dan anak-anaknya di dalam sebuah akidah Syariat Islam menuju NUUR JANNAH (CAHAYA SYURGA), seorang suami yg shaleh adalah suami yg akan selalu menjaga istri dan anak-anaknya dari api neraka.

Konflik dalam Rumah Tangga & Penyelesaiannya:

“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa bila mereka ditimpa was-was dari syaithan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (QS. Al-A’raaf [7]: 201).
Pada umumnya kehidupan rumah tangga tidak lepas dari konflik seperti terjadinya kemarahan di antara suami istri, apakah rumah tangga orang-orang shalih ataupun orang-orang ahli maksiat. Namun terdapat perbedaan yang jelas pada rumah tangga orang-orang shalih di satu sisi. Yaitu mereka tidak membiarkan permasalahan yang ada berjalan di atas kemauan syaithan. Bahkan mereka bila marah berlindung kepada Allah dari syaithan, memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka, menyatukan pendapat, meluruskan permasalahan mereka dan menyingkirkan makar syaithan.

Apabila timbul problema di antara suami istri, maka mereka harus segera menyelesaikannya dan berlindung kepada Allah dari syaithan yang terkutuk, melakukan upaya perdamaian, menutup pintu-pintu dan menjulurkan hijab (tidak membiarkan terlibatnya pihak ketiga). Misalnya apabila sang suami marah atau sang istri sedang emosi maka hendaknya berlindung dari syaithan, mengambil air wudhu` dan shalat dua raka’at. Jika salah seorang di antara suami-istri sedang berdiri, maka hendaklah dia duduk agar hilang marahnya. Bila sedang duduk, berbaringlah atau saling berpelukan dan merangkul serta saling memaafkan dengan Ikhlash.

Semoga Allah memperbaiki keadaan kita dan keluarga kita semua sehingga tetap Istiqomah di atas Syari’at-Nya dalam Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah. Aamiin Ya Rabbal’alamiin. Wallaahu A’lam..

Senin, 21 Februari 2011

Flowers







At Present, almost every people in the world know flowers...
Many people old and young like to see flowers.., It make us happy.., The kinds of flowers which people enjoy and proud to see it altrough flowers are very different in Each Country which they are have...,
flowers have many kinds of colours and some of them have bright and light colours.., Very beautiful, very wonderful and all word about beautiful flowers which every people in the world especially women say it.., flower is love simbol and identify with romantic, loyal, heart honest and etc and of course make happy feeling....
You like to see flowers...?
If I.... I as women I like it very much... ~_~

Cara Pembuatan Mumi....



Pengeluaran Otak
Mula-mula, orang Mesir mengeluarkan otak mayat terlebih dahulu. Saat itu, orang Mesir belum mengetahui betapa pentingnya fungsi otak. Cara pengeluarannya bermacam-macam. Salah satu caranya adalah membuka lempengan tengkorak mayat, mengeluarkan otaknya, lalu menutupnya kembali. Cara ini agak berbahaya karena mereka harus memasang lempengan tengkorak sesuai tempatnya sebelumnya

Cara lain yg lazim dipakai adalah memakai semacam kawat dengan ujung mirip kail yg bengkok di ujungnya. Kawat itu dimasukkan ke dalam hidung & masuk ke otak menembus langit-langit hidung & syaraf penciuman. Bila sudah sampai ke otak, mereka akan menarik ulur kawat itu maju mundur, seperti orang yg mengaduk adonan. Karena otak itu hancur akibat gerakan kawat, maka otak itupun akan mengalir ke luar tubuh melaluilubang hidung. Untuk memudahkan proses pengaliran keluar cairan otak, mereka membaringkan mayat iu dalam posisi tengkurap. Untuk mengambil caian yg masih tersisa di hidung, mereka menggunakan semacam sendok untuk mengambil cairan otak

Proses pengeluaran otak biasanya memakan waktu sampai 2 hari. Jika sudah, maka para embalmers (pembuat mumi) memasukkan kain linen ke dalam rongga otak mayat melalui lubang yg sudah ada. Mereka juga memasukkan semacam resin/getah (biasanya damar) ke dalam rongga otak untuk mencegah rusaknya linen di dalam



Pengeluaran Organ Tubuh
Para embalmers akan membuat sayatan di tubuh calon mumi, biasanya di daerah perut sebelah kiri. Mereka kemudian mengeluarkan organ-organ dalam tubuh seperti usus, hati, paru-paru, & lambung. Sebabnya adalah karena organ-organ tersebut merupakan organ-organ yg mudah membusuk. Akan tetapi, mereka tidak mengeluarkan jantung jenazah. Hal ini karena orang Mesir percaya jantung merupakan sumber nyawa bagi manusia & jiwa seseorang masih tinggal di badannya walaupun ia sudah mati. Karena itu mereka berpikir jantung penting bagi orang Mesir untuk kehidupan sesudah kematian



Pengawetan
Fase selanjutnya setelah mengeluarkan organ-organ tubuh - kecuali jantung - dari tubuh jenazah adalah mengawetkan bagian dalam tubuh. Untuk melakukannya, mereka akan mencuci/membasuh isi tubuh sang jenazah dengan cairan natron & anggur. Natron adalah nama semacam senyawa campuran garam & soda yg biasa ditemukan di oasis Natrun, dekat Kairo. Jika sudah dibasuh, maka tubuh yg sudah dibersihkan dengan natron ini akan diberi natron padat. Tujuannya adalah agar tubuh jenazah mengering & siap untuk diawetkan lebih lanjut. Untuk mengawetkan bagian luar tubuh jenazah, mereka akan menaburinya dengan bubuk natron. Jika tidak ada natron, maka embalmers akan menggantinya dengan garam

Usai pengawetan tahap pertama, embalmers akan mendiamkan jenazah selama 40 hari di atas semacam meja batu. Tujuannya adalah agar seluruh cairan dalam tubuh jenazah mengering akibat pengaruh natron. Terkadang, selama proses ini ada bagian tubuh dari jenazah, semisal jari tangan, yg terlepas akibat proses pembusukan yg sudah lama sejak sebelum pengawetan. Bila bagian tubuh tersebut tidak bisa lagi "dipertahankan", embalmers akan menggantinya dengan benda-benda lain semisal kain linen, kayu, atau emas sebagai pengganti bagian tubuh yg hilang. Yg terpenting, tubuh jenazah yg akan diawetkan harus memiliki anggota tubuh lengkap



Pemumian/Pembalutan
Setelah melalui fase pengeringa, tubuh jenazah tidak langsung dibalut. Tubuh jenazah akan dibersihkan lagi & melalui lubang sayatan tadi, tubuh jenazah akan diisi dengan lebih banyak natron, kain linen, rempah-rempah, dsb. Jika sudah, perut jenazah kemudian akan dijahit kembali agar tertutup. Tubuh mumi selanjutnya akan dibaluri dengan getah damar & minyak wangi. Setelah itu, barulah tubuh mumi dibalut dengan kain linen yg amat panjang. Jimat-jimat pelindung juga disisipi ke dalam balutan-balutan tersebut. Embalmers juga membuatkan semacam mahkota & topeng yg mirip dengan wajah jenazah semasa masih hidup untuk mumi. Topeng ini dibuat dari semacam bahan yg disebut papier marche, namun ada juga yg terbuat dari lempengan emas murni, seperti topeng Firaun Tutankhamon

Puasa dalam sejarah islam

Firman Allah yang bermaksud: Wahai orang-orang yang beriman! Kamu diwajibkan berpuasa sebagaimana diwajibkan ke atas orang-orang yang dahulu daripada kamu, supaya kamu bertakwa (al-Baqarah, 2:183).

Terdapat dua perkara yang disentuh di dalam ayat tersebut, pertamanya, puasa adalah ibadat lama. Ia diwajibkan ke atas umat-umat lampau. Justeru, jika merujuk kepada sejarah, kita akan dapati hampir setiap bangsa di dunia ini mengamalkan puasa di dalam kehidupan mereka, walaupun mungkin ianya berbeza dari segi tujuan dan niat masing-masing.

Dalam mentafsirkan maksud: orang-orang sebelum kamu, kita dapati ulamak telah berbeza pendapat, antaranya:

Ada yang mengatakan bahawa ia bermaksud: orang-orang Nasrani sahaja.

Ada pendapat mengatakan, mereka adalah Ahl al-Kitab (iaitu orang Nasrani dan Yahudi).

Ada pendapat lain mengatakan bahawa ia bermaksud seluruh umat terdahulu yang menjadikan puasa sebagai amalan dalam kehidupan mereka sama ada kerana tuntutan keagamaan, kemasyarakatan atau kerana menolak sesuatu bencana dan sebagainya.

Berdasarkan pembacaan saya, didapati bahawa bangsa-bangsa lama seperti India, China, Jepun, Parsi, Mesir Purba, Greek, Rom, Yahudi, Nasrani dan Arab Jahiliyyah, masing-masing telah mengamalkan puasa pada hari atau bulan tertentu dalam setahun.

Secara ringkasnya dapat kita lihat kepada beberapa fakta berikut:



India:

Dalam sejarah bangsa ini memang terdapat amalan puasa yang mempunyai pelbagai matlamat, antaranya sebagai persembahan kepada bulan yang mereka puja. Penganut kepercayaan ini, selain mempersembahkan makanan, minuman dan susu, mereka juga berpuasa selama setengah bulan dan berbuka ketika bulan mengambang pada waktu malam. Mereka akan berhenti amalan ini apabila muncul anak bulan baru (Dr. `Ali Al-Khatib, 62).

Puasa juga di kalangan bangsa India bertujuan melepaskan diri dari kesiksaan akidah tanasukh dan bercamtum dengan tuhan mereka yang disebut sebagai Brahma dan akhirnya mencapai kebahagiaan sejati. Seseorang tidak akan sampai kepada Brahma kecuali apabila dia sudah sampai kepada hakikat dan melepaskan diri dari segala macam ikatan kebendaan. Dengan itu kehidupan secara zahid amat terkenal di kalangan bangsa India. Dalam konteks ini mereka akan berpuasa selama 14 hari tanpa memakan sebarang makanan, kecuali dengan diselang-seli minuman air sahaja selama masa tersebut (Dr. A. Al-Khatib, h. 65).

Dalam pegangan kumpulan Sinata, ahli agama mereka dikehendaki berpuasa setiap hari bermula sejak jatuh matahari sehingga ke waktu naik fajar merah, tanpa makan dan minum sepanjang-panjang masa itu (Dr. A. Al-Khatib, 66)

Selain dari ahli agama kumpulan Sanita, ahli agama secara umumnya dikehendaki berpuasa pada awal musim gugur dan sejuk, dan permulaan musim bunga dan panas, dan pada waktu berlaku gerhana matahari.

Puasa yang mereka amalkan ini kebiasaannya akan berpanjangan jika tujuannya untuk melepaskan diri dari kekuasaan tanasukh atau menghapus akidah ini dari menguasai roh mereka. Berdasarkan kepada akidah tanasukh ini, roh seseorang itu tidak akan mati selama-lamanya, tetapi ia akan berpindah dari satu jasad ke jasad yang lain atau akan berpindah ke jasad binatang, biasanya ia akan berpindah dari yang baik kepada yang lebih buruk. Sepanjang-panjang perpindahan ini mereka akan tersiksa, dengan itu mereka sanggup melepaskan diri mereka dari ikatan keduniaan dan berpuasa sehingga mereka bercamtum dengan tuhan mereka Brahma ataupun menamatkan hidup mereka supaya mereka terlepas dari kekuasaan tanasukh. Kepercayaan ini menyebabkan ramai rakyat India purba yang berpuasa atau mengkuburkan diri di bawah tanah semasa mereka berpuasa (op. cit, 67).

Kepercayaan Budha yang lahir di India tidak terlepas dari amalan ini. Kita lihat Budha sendiri mengamalkan cara hidup berpuasa selama 6 tahun. Dalam pegangan salah satu mazhab Budha, seorang ahli agamanya dikehendaki berpuasa sepanjang masa selama hidupnya, tanpa mengambil apa-apa makanan kecuali sebiji beras sahaja pada waktu duha setiap hari. Dalam peraturan keagamaannya, para pengikut Budha dihendaki berpuasa 4 hari dalam masa sebulan, iaitu pada hari pertama awal bulan, hari kesembilan, kelima belas dan hari kedua puluh dua (op.cit. 72-74)

Tujuan amalan ini ialah untuk sampai kepada hakikat atau mencapai kebahagiaan sejati atau navarna.





China dan Jepang:

Agama Budha kemudiannya berkembang di China dan Jepun. Di negara China ia menjadi agama rasmi negara pada masa pemerintahan Maharaja Fu Ti (58 - 71M.). Di negara Jepun, agama Budha mula bertapak pada pertengahan kurun ke enam Masihi. Dan akhirnya ia juga menjadi agama negara bagi negara itu. Di sini agama ini telah berpecah kepada beberapa aliran yang drastik. Apa yang pentingnya bagi kita ialah dengan berkembangnya agama Budha di kedua-dua negara itu, maka amalan puasa turut diamalkan oleh rakyat kedua-duanya 

Parsis:

Dari bukti bahasa, budaya dan acara keagamaan, dapat dipastikan bahawa orang-orang Parsi sebenarnya adalah berketurunan campuran India-Eropah. Dikatakan sejak abad keempat belas SM., Parsi merupakan sebuah negara yang menganut agama Hindu lama. Dengan itu terdapat di kalangan mereka nama-nama pinjaman seperti Andra, Matra, Faruna dan Vida yang kesemuanya merupakan nama-nama tuhan dalam kepercayaan orang-ornag India. Dan dengan itu sekaligus terdapat di kalangan mereka acara-acara keagamaan orang-orang India purba, seperti pengorbanan, puasa dan lain-lain (op.cit, h. 82).

Kemudian pada abad kelima SM, Parsi mula menerima pengaruh Yahudi. Ekoran kepada pengaruh ini terdapat sebahagian penduduk negara ini yang mengamalkan beberapa acara keagamaan orang-orang Yahudi seperti sembahyang dan puasa.

Hasil percampuran pelbagai kepercayaan di kalangan penduduk Parsi, kita dapati mereka mempunyai program puasa seperti berikut:

1. Berpuasa selama 7 hari pada tiap bulan.

2. Berpuasa selama 2 hari berturut-turut tanpa berbuka apabila bulan purnama.

3. Berpuasa selama 2 hari berturut-turut tanpa berbuka apabila terbit anak bulan.

4. Berpuasa selama 2 hari apabila bulan perpindah kepada garisan jaddi.

5. Berpuasa pula selama 30 hari dan berbuka pada ketika matahari jatuh apabila ia berpindah pada garisan dalwu.

6. Berpuasa pada hari Ahad dan Isnin kerana memberi penghormatan kepada matahari dan bulan 


Mesir Purba:

Puasa di kalangan orang-orang Mesir purba dilakukan sebagai memberi khidmat kepada rumah ibadat dan protokolnya. Seseorang pembantu rumah ibadat sebelum memulakan khidmatnya dikehendaki berpuasa selama 2 hari tanpa memakan apa-apa makanan kecuali air sahaja. Kadang-kadang puasa itu berlanjutan sehingga 42 hari.

Orang-orang awam akan berpuasa pada beberapa waktu yang terdekat kerana berlaku mala petaka seperti banjir besar, mereka akan berpuasa selama 4 hari dan mereka juga berpuasa pada hari-hari berlaku peristiwa sedih yang lain, seperti hari kematian lembu suci mereka dan lain-lain. Kesemuanya diatur oleh ahli-ahli agama mereka 


Di Greek, rakyatnya berpuasa dalam berbagai bentuk ketika berlaku mala petaka dan bala bencana agar segala macam kesiksaan itu akan tamat segera. Ada juga mereka berpuasa kerana mensyukuri tuhan mereka kerana terlepas dari bala atau kerana berlaku perubahan kepada undang-undang negara.

Rakyat negara ini juga akan berpuasa selama 3 hari disamping beberapa amalan pelengkap yang lain sebelum melakukan apa-apa tilikan. Rakyat terpaksa memberi upah kepadanya


Yahudi:

Bangsa Yahudi adalah pengikut syari`at Musa. Sebelum menerima kitab Taurat, Musa AS. berpuasa selama 40 hari di Saina'. Tetapi orang-orang Yahudi menganggapnya sebagai puasa khusus Nabi Musa. Ulamak Tafsir mengatakan bahawa Musa berpuasa 40 hari ini tanpa diselangi sama sekali dengan berbuka.

Bagi orang-orang Yahudi, mereka berpuasa sehari sahaja, sebagai puasa wajib, iaitu pada hari ghufran (pengampunan). Mereka mendakwa hanya itu sahaja puasa wajib yang dikenakan ke atas mereka. Puasa-puasa lain adalah puasa sunat yang dilakukan beberapa kali yang tidak tersusun.

Puasa sehari ini mereka lakukan pada satu perempat jam sebelum jatuh matahari hari ke 9, bulan Tashri, iaitu awal tahun Ibri (tahun Yahudi) dan berterusan sehingga selepas satu perempat jam jatuhnya matahari pada hari ke sepuluh. Iaitu kira-kira selama 25 jam berturut. Sepanjang-panjang masa berpuasa itu mereka dilarang memakan, meminum dan melakukan hubungan perkelaminan. Puasa ini menjadi amalan mereka sehingga ke hari ini. Hari kesembilan ini mereka namakan juga sebagai hari kabur, iaitu hari `asyura' mereka.

Tentang puasa-puasa sunat mereka, kita dapati ada beberapa kali mereka berpuasa di sepanjang tahun kerana beberapa perayaan atau peristiwa yang telah berlaku, seperti perayaan kerana mengenangkan mereka terlepas dari gerakan penghapusan atnik di negara Parsi yang dilakukan oleh seorang menteri di negara itu bernama Haman. Untuk perayaan ini, mereka berpuasa selama 3 hari. Perayaan ini dinamakan sebagai Hari Raya Forim. Begitu juga mereka berpuasa kerana peristiwa sebuah rumah ibadat mereka di negara Mesir yang dibakar oleh ahli agama negara itu di bawah pengaruh Parsi. Terdapat 19 hari-hari perayaan mereka sepanjang tahun yang digandingkan dengan amalan berpuasa. Sebahagiannya, mereka berpuasa selama sehari dan ada juga mereka berpuasa selama 7 hari. Perayaan yang paling penting bagi mereka ialah perayaan hari mereka dilepaskan dari buruan tentera Fir`aun dibawah pimpinan Nabi Musa menyeberangi laut Merah yang mereka namakan sebagai hari Fash 


Nasrani:

Orang-orang Nasrani sama seperti orang-orang Yahudi merupakan penganut agama Ahl Al-Kitab, mereka juga turut berpuasa sebagai salah satu amalan agama mereka.

Orang-orang Nasrani terbahagi kepada tiga mazhab atau aliran, iaitu Katholik, Othordok dan Protestin. Ketiga-tiga mazhab ini mempunyai cara amalan puasa yang sebahagiannya berbeza di antara satu dengan yang lainnya.

Bagi pengikut mazhab Katholik, mereka mula berpuasa pada pertengahan malam sehingga ke waktu pertengahan siang esoknya. Pada masa berpuasa, mereka dilarang mengambil makanan dan minuman sahaja. Seseorang lelaki diwajibkan berpuasa sejak berumur 15 tahun sehingga ke umurnya 60 tahun dan seorang perempuan pula diwajibkan memulakan puasanya pada umur yang sama dengan lelaki, tetapi ia berakhir pada umur 55 tahun. Menurut mazhab ini, pengikutnya dikehendaki berpuasa hanya pada Hari Puasa Besar sahaja. Gereja mazhab ini membatalkan kesemua puasa-puasa yang lainnya. Hal ini dikatakan kerana tiada nas di dalam Injil.

Mereka juga dilarang memakan daging, susu dan telur pada hari Rabu dan Jumaat pada setiap minggu, begitu juga pada hari-hari Puasa Besar. Larangan ini melibatkan kesemua penganut mazhab ini sejak berumur 7 tahun sehingga ke akhir hayatnya (op. cit., h. 151-152).

Pengikut mazhab Othordok pula, mereka mempunyai program puasa yang tersendiri. Pada mereka, puasa ialah menahan diri dari memakan makanan dalam masa yang tertentu. Masa ini hanya ditentukan oleh padri mazhab mereka yang mempunyai hak berbuat demikian.

Dalam mazhab ini, Puasa Besar dianggap sebagai puasa yang paling penting, masanya selama 50 hari dan berakhir pada kebiasaannya pada hari Raya Kiamat. Mereka juga berpuasa selama 40 hari yang dinamakan Puasa Kelahiran, bermula dari 25hb. Nov. sehingga 6 Januari, iaitu sebelum berlangsung Raya Kelahiran.

Pihak gereja mazhab ini juga turut berpuasa pada hari Rabu dan Jumaat dan sehari puasa yang lain dinamakan dengan Puasa Rasul-rasul.

Selain dari itu, pengikut mazhab ini juga berpuasa selama 15 hari untuk Mariam yang bermula pada awal Masri (bulan kiraan orang-orang Nasrani).

Mereka juga berpuasa tiga hari seperti puasa Nabi Yunus AS., puasa Paramont di antara sehari sehingga ke tiga hari (op.cit., h. 156-158).

Dalam mazhab Protestin pula, puasa menjadi amalan galakan sahaja kerana tiada nas Injil yang mewajibkannya. Dengan erti tiap pengikutnya akan berpuasa mengikut selera masing-masing sahaja. Mazhab ini juga tidak menentukan masa untuk berpuasa dan ia juga tidak menentukan umur seseorang untuk berpuasa, malah segala-galanya diserahkan kepada pilihan atau kemahuan pengikutnya, bila mereka ingin berpuasa dan bila pula mereka ingin berbuka.

Sebahagian yang lain pula menggantikan amalan puasa dengan sesuatu pekerjaan seperti memberhentikan memakan makanan yang mereka suka disamping menyimpan harganya untuk diberikan kepada fakir miskin.

Sebagai kesimpulannya:

1. Kesemua mazhab orang-orang Nasrani menganggap hubungan sex tidak ada kaitan dengan amalan puasa dan tidak membatalkannya.

2. Tidak ada persepakatan pendapat di antara mereka tentang menentukan puasa fardu/wajib.

3. Tidak ada persefahaman di antara mereka tentang masa permulaan puasa dan juga masa akhirnya. Tiap orang boleh menamatkan puasanya pada bila-bila masa yang dikehendakinya.

4. Puasa hari Sabtu diakui oleh Katholik, tetapi tidak disetujui oleh Othordok kecuali Sabtu yang jatuh sebelum hari Raya Kiamat (op. cit. h. 161-163).

Dengan itu jelas kepada kita bahawa puasa orang-orang Yahudi adalah lebih tersusun dari puasa-puasa yang diamalkan oleh orang-orang Nasrani.





Semenanjung Tanah Arab:

Sebelum kedatangan Islam, negara itu sudahpun mengenali agama Hanif yang dibawa oleh Nabi Ibrahim AS., agama Ahl Al-Kitab (Yahudi dan Nasrani), Brahma, Sabi'ah, agama berhala, Majusi, penyembahahan cakrawala dan jembalang. Dengan itu amalan puasa merupakan sesuatu yang tidak asing di kalangan mereka. Sekurang-kurangnya mereka akan terpengaruh dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang hidup bersama-sama mereka di Semenanjung mereka.

Disebutkan bahawa orang-orang Arab Quraish, khasnya Quraish Makkah, berpuasa pada hari `Asyura' sebagai penebus dosa mereka pada masa Jahiliah. Ada pendapat lain yang mengatakan bahawa puasa `Ashura' itu adalah mengambil sempena hari dipasang kelambu pada Ka`bah. Mereka berpuasa pada 10hb. Muharram. Puasa ini sama seperti puasa orang-orang Yahudi yang juga dinamakan sebagai puasa hari `Asyura' atau puasa hari Pengampunan (op. cit., h. 172).

Selain dari itu, orang-orang Arab yang berada di bawah pengaruh orang-orang Nasrani, ada di antara mereka yang mengamalkan amalan puasa fardu selama 30 hari yang kemudiannya bertukar menjadi 50 hari pada waktu yang tertentu setiap tahun 





Zaman Islam:

Dalam Islam, puasa terbahagi kepada tiga:

1. Puasa Ramadan.

2. Puasa Khas, seperti puasa nazar dan kaffarah.

3. Puasa Sunat.

Dari segi pusingannya pula, puasa terbahagi kepada dua peringkat, peringkat sebelum Ramadan dan kemudian hanya puasa Ramadan.

Puasa Sebelum Ramadan:

Puasa sebelum Ramadan, terbahagi kepada dua jenis, pertama: puasa `Ashura' dan kedua: puasa tiga hari pada setiap bulan.

Menurut pendapat yang terkuat, puasa `Ashura' sebelum difardukan puasa Ramadan merupakan puasa wajib ke atas orang-orang Islam. Terdapat beberapa buah Hadis yang menunjukkan hukum berkenaan, antaranya Hadis riwayat `Aishah RA. yang menyebut bahawa baginda telah mengarahkan supaya ditunaikan puasa `Ashura', tetapi selepas difardukan puasa Ramadan, seseorang itu bebas sama ada ingin berpuasa puasa `Ashura' ataupun tidak.

Demikian halnya dengan puasa tiga hari setiap bulan, ia juga merupakan puasa wajib sebelum difardukan puasa bulan Ramadan (op.cit., h. 181-186).

Beberapa Aspek Penting Dalam Puasa `Ashura':

1. Ia menunjukkan kaitan di antara Nabi Muhammad SAW. dengan umat-umat sebelumnya dalam ketaatan kepada Allah.

2. Mengagungkan hari-hari bersejarah kerana pada hari itu Allah telah berkenan memenangkan yang benar ke atas yang batil (dengan menyelamatkan Nabi Musa AS. bersama-sama pengikutnya menyeberangi Laut Merah).

3. Merupakan kesempatan untuk memberitahu kepada orang-orang Yahudi tentang adanya hubungan agama di antara syari`at Nabi Musa AS. dengan syari`at yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW., di samping adanya hubungan di antara umat Muhammad dengan umat-umat yang sebelumnya, terutamanya setelah adanya beberapa peristiwa yang menunjukkan mereka menolak ajaran Nabi SAW.

4. Dan yang utamanya ialah melatih kaum muslimin mengenai kewajipan berpuasa pada masa-masa tertentu yang dilakukan secara bersama. Sebab, puasa yang dijalankan oleh Nabi Muhammad SAW. pada hakikatnya adalah satu penerusan kepada puasa yang telah lama berjalan di kalangan orang-orang Makkah, tetapi tidak dalam bentuknya yang serentak dan bersama. Puasa yang dilakukan baginda ini sebagai langkah awal untuk menerima puasa Ramadan yang akan difardukan. Kerana itulah ketika puasa Ramadan difardukan maka puasa `Ashura' tidak diwajibkan lagi (Atiyyah Muhammad Salim, h. 13-14).





Puasa Ramadan:

Puasa Ramadan difarjukan pada 2hb. Sya`ban, tehun ke 2H. menerusi 4 ayat dari surah Al-Baqarah, iaitu ayat-ayat 183-187. Ayat-ayat ini tidak diturunkan serentak, malah ia diturunkan satu demi satu yang dipisahkan dengan jarak masa yang tertentu.

Keempat-empat ayat tersebut telah memberi penjelasan terperinci tentang masa, cara dan apa-apa tegahan semasa berpuasa. Ia tidak membiarkan baginda menjelaskannya, tidak seperti ibadat-ibadat lain yang memerlukan Hadis Amali dari baginda yang menjelaskan cara perlaksanaannya dengan betul.

Sebagai contohnya, ayat pertama menunjukkan hukum melakukan puasa yang difardukan ke atas orang-orang Islam, ia juga ke atas umat-umat lampau.

Pada peringkat ini, puasa orang-orang Islam tidak berbeza dengan cara berpuasa orang-orang Yahudi, iaitu selama 23 jam, bermula selepas seseorang itu sembahyang isha` atau selepas dia tidur sesudah waktu maghrib. Ia berterusan sehingga ka waktu jatuh matahari pada hari berikutnya.

Cara berpuasa pula di dalam bentuk pilihan, iaitu sesiapa yang tidak mahu berpuasa, maka dia boleh menggantikan hari dia berbuka itu dengan memberi makanan kepada seorang miskin bagi setip hari. Kedudukan ini berlanjutan sehingga turun ayat yang merobahnya, iaitu firmanNya yang bermaksud: ...sesiapa yang melihat anak bulan, maka hendaklah dia berpuasa. Dengan itu puasa Ramadan sudah bertukar corak, dari bentuk di mana orang-orang Islam diberikan pilihan sama ada berpuasa atau memberi makanan kepada orang miskin, kepada hukum berpuasa sahaja (tanpa pilihan) sepanjang-panjang bulan itu. Walaupun begitu masa berpuasa tetap seperti asalnya, iaitu bermula dari selepas sembahyang `Isha' atau selepas tidur sesudah waktu maghrib sehingga ke waktu jatuhnya matahari pada hari berikutnya. Kedudukan ini berlanjutan sehinggalah turunnya ayat yang berikutnya: ...diharuskan bagi kamu melakukan persetubuhan dengan isteri-isteri kamu pada malam bulan Ramadan dan firmanNya: ... makanlah dan minumlah sehingga jelas kepada kamu benang putih dari benang hitam menerusi cahayat matahari. Kedua-duanya menjelaskan kepada orang-orang Islam bahawa mereka diharuskan makan, minum dan bertamattu` dengan isteri-isteri mereka pada malam Ramadan. Mereka hanya dikehendaki menahan diri dari perkara-perkara tersebut dan lainnya yang membatalkan puasa bermula dari sejak naik fajar sehinggalah ke waktu jatuhnya matahari hari yang sama.







Dari pembentangan ini kita dapat melihat:

1. Puasa Ramadan berlangsung pada peringkat awalnya dalam kadar masa hampir sehari, iaitu selama hampir 23 jam.

2. Pada permulaannya orang-orang Islam diberi pilihan, sama ada mereka berpuasa atau berbuka, dan mereka dibenarkan menggantikannya dengan memberi makan kepada seorang miskin bagi setiap hari puasa yang mereka tinggalkan atau berbuka.

3. Kemudian, mereka diwajibkan berpuasa sahaja tanpa pilihan dengan kelamaan masa yang sama, seperti puasa Ahl Al-Kitab, iaitu dari waktu sesudah sembahyang `Isha' atau sesudah tidur selepas waktu maghrib sehingga ke waktu jatuhnya matahari pada hari berikutnya.

4. Kemudian, mereka dibenarkan berbuka (makan, minum dan bertamattu` dengan isteri) selepas waktu jatuhnya matahari sehinggalah ke waktu naik fajar siangnya.

Dari pendedahan ini kita dapati bahawa masa untuk berbuka puasa pada peringkat awalnya adalah sama dengan apa yang telah diamalkan oleh Ahl Al-Kitab ketika mereka berpuasa, iaitu bermula dengan jatuhnya matahari dan berakhir dengan: sama ada selepas orang yang berpuasa itu sembahyang `Isha' atau dengan berlangsungnya tidur sesudah jatuhnya matahari pada hari berkenaan sekalipun sebelum melakukan sembahyang `Isha'. Dengan itu, seseorang yang ingin melanjutkan masa berbukanya, dia akan melewatkan sembahynag Isha' dan tidak tidur selepas jatuhnya matahari.

Kedudukan tersebut memberi gambaran jelas kepada kita bahawa puasa Ramadan juga telah difardukan ke atas pengikut Ahl Al-Kitab sebelum Islam. Inilah pendapat sebahagian ulamak seperti Qatadah, al-Tabari dan al-Sudi. Dengan itu maksud firmanNya: .... seperti ia difardukan ke atas mereka sebelum kamu (Ahl Al-Kitab) pada beberapa hari tertentu ialah bulan Ramdan.

Begitulah, antara perkembangan yang berlaku dalam sejarah kefarduan puasa bulan Ramadan sehingga seperti yang kita lakukan pada hari ini. Dan begitu jugalah kedudukan amalan puasa di kalangan umat-umat lampau.